728x90 AdSpace

Latest News

Kerajaan Islam Lamuri, Lapangan Golf dan Nasib Generasi

Oleh: Mawardi Ismail Al-Asyi

“Mempelajari kerajaan-kerajaan kuno ini ternyata bisa memberi beberapa kunci dalam memahami negara-negara modern ini’. (Paul Michael Munoz).

Kalimat yang penulis kutip dari seorang sejarahwan Perancis juga pengarang buku “Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia” tersebut adalah benar adanya. Dimana sejarah memiliki peran penting dalam memberikan konsep bagi kita untuk terus membangun bangsa menuju puncak kejayaan. Apalagi Aceh yang sudah dikenal dan tercatat jelas dalam sejarah, memiliki keunggulan luar biasa dan pernah menggetarkan Asia Tenggara dengan pengaruh kejayaannya.


Hingga saat ini penulis ingin mengajak seluruh kalangan masyarakat untuk terus melihat lebih jauh mengenai usaha pemerintah dalam hal pengembangan sumber daya wisata sejarah Islami yang nantinya akan dipromosikan kepada wisatawan lokal, nasional bahkan internasional. Dalam kesempatan ini, penulis sendiri akan melihat secara objektif tentang potensi yang dimiliki Lamreh, Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Kawasan yang dulunya pernah menjadi tempat berdirinya Kerajaan Islam Lamuri, termasuk cikal bakal Kerajaan Aceh Darussalam. 

Sebenarnya, Lamuri dapat disejajarkan dengan bandar-bandar perdagangan terkenal lainnya di Asia Tenggara seperti Barus, Kota Cina, Kampei di Sumatera Utara, Pasai, Tumasik di Singapura, dan Melaka. Berdasarkan sumber-sumber berita dari catatan Arab, Lamuri telah ada sekitar tahun 900-an Masehi. Mestinya sampai sekarang pendataan mengenai tinggalan sejarah ini harus terus dilakukan, mengingat masih kurangnya informasi yang didapat. Disamping itu, Pemkab Aceh Besar justru terkesan tidak menghiraukan hal ini, terkait keinginan Bupati Mukhlis Basyah untuk memberikan kawasan yang kaya dengan potensi sejarah Islam ini pada Investor Jakarta guna pembangunan lapangan golf yang bertaraf Internasional. 

Senin 1 Oktober 2012. Pihak Investor  pembangun lapangan golf dari PT. Mestika Mandala Perdana sengaja dihadirkan dalam pertemuan di The Pade Hotel Banda Aceh, pertemuan itu dihadiri oleh Bupati Aceh Besar Mukhlis Basyah, tim dari Direktorat Pengembangan Pelestarian Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta sebagian kecil unsur terkait lainnya. Tapi amat disayangkan, pertemuan penting ini tidak diberitahukan terlebih dahulu, hingga berefek pada ketidakhadiran perwakilan tokoh-tokoh sejarahwan, arkheolog, budayawan, termasuk tidak diundangnya organisasi-organisasi kemasyarakatan yang sudah sejak lama menolak rencana pembangunan lapangan golf di bukit Lamreh tersebut. Ini terkesan tidak adil, bahkan banyak pihak media yang tidak tahu-menahu tentang acara itu.

Perlu sedikit penulis informasikan, jika pembangunan lapangan golf di kawasan tinggalan sejarah Lamuri itu disetujui nantinya, maka sekali lagi pemerintah telah mencoreng nilai khazanah bangsa Aceh dan memperlihatkan kelemahan tentang ketidaksanggupan pemerintah daerah dalam membangun cagar budaya untuk daerahnya. Bahkan penulis sudah berusaha untuk mencari informasi online mengenai potensi sejarah ke situs resmi Pemkab aceh Besar. Walhasil, penulis tidak menemukan satu tulisan pun tentang cagar budaya Aceh Besar, padahal Kabupaten ini memiliki begitu banyak aset sejarah. 

Miris memang! Di satu sisi, kita telah membaca berita gembira yang pernah diterbitkan Serambi Indonesia beberapa waktu lalu terkait situs wisata Islami. “Aceh adalah daerah tujuan wisata religius terbesar di Asia Tenggara (Asean). Pemerintah Aceh saat ini sedang melakukan pembenahan menyeluruh pada objek wisata termasuk menyiapkan  masyarakat sadar wisata. Bahkan Kadis Pariwisata Aceh Jasman J Ma’ruf mengatakan bahwa pihak Dinas Pariwisata Aceh akan terus menggalang kerja sama dengan travel di Malaysia untuk mempromosikan wisata religius Aceh.” (Serambi Indonesia edisi Jumat, 28 September 2012). Di lain sisi pihak Bupati Aceh Besar justru ingin mengabadikan kawasan Lamreh dalam bentuk objek wisata yang jauh dari nilai Islami.


Untuk diketahui, lapangan golf yang rencananya akan dibangun di Kabupaten Aceh Besar bukanlah satu-satunya dan yang pertama! Setahu kita masih terdapat lapangan golf di pesisir pantai Lhoknga, bahkan sampai sekarang masih layak untuk dipakai. Jika memang Bupati Aceh Besar begitu bersikeras ingin membangun lapangan golf, kenapa tidak merenovasi saja lapangan golf yang lama ini? Budget nya pun bisa dipangkas.

Anehnya lagi, pembangunan lapangan golf di areal situs makam raja-raja dan para pembesar Islam yang menelan dana ratusan milyar ini di klaim bisa menjamin taraf kehidupan masyarakat Lamreh ke arah yang lebih layak, selain itu pembangunan lapangan golf ini katanya akan menyerap banyak tenaga kerja. Hemat penulis, justru hal ini akan mengakibatkan satu-persatu masyarakat Lamreh terdepak dari daerahnya sendiri, karena ketidaksesuaian kehidupan masyarakat Lamreh dengan kehidupan modern para pe-golf yang berkunjung nantinya. 

Sebaliknya! dengan konsep yang jelas dan i’tiqad yang jroh (baik), di iringi dengan memperbanyak belajar pada negara-negara yang sudah berhasil membangun kawasan situs sejarah Islam, kemudian pemerintah dengan kecerdasan pikirannya menyerahkan perkara ini pada yang ahli, maka kebesaran dan kekayaan Situs Kerajaan Lamuri akan dikenal baik oleh Aceh bahkan masyarakat dunia. 

Masyarakat Aceh pada dasarnya memiliki hati nurani untuk tidak mengabaikan apalagi mengolok-olok warisan sejarah yang telah ditinggalkan oleh indatunya. Hari ini, begitu banyak organisasi kemasyarakatan di Aceh yang peduli dengan potensi cagar budaya Islami, ada yang berasal dari kalangan mahasiswa, akademisi, LSM, bahkan seluruh masyarakat Aceh. Sudah saatnya pemerintah merangkul elemen-elemen ini, jadikan sejarahwan, arkeolog dan budayawan sebagai mitra kerja pemerintah, hingga status “Islamic World Heritage City” (Situs Sejarah Islam Dunia) bisa disandang Aceh dikemudian harinya. 

Besar harapan dan cita-cita Aceh untuk mengulang kejayaannya, maka esok tidak lagi terdengar kabar tentang carut-marutnya generasi Aceh yang ingin belajar sejarahnya sendiri. Pelajar/Mahasiswa Aceh tidak perlu lagi menghabiskan banyak biaya untuk mengambil mata kuliah sejarah di luar negeri. Aceh sudah menyiapkan semuanya. Generasi Aceh dengan tenang dan berbangga hati bisa menggali banyak ilmu dari negerinya sendiri. Amin Yaa Rabbal A’lamin.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 Comments:

Item Reviewed: Kerajaan Islam Lamuri, Lapangan Golf dan Nasib Generasi Rating: 5 Reviewed By: el asyi