728x90 AdSpace

Latest News

Aceh dalam Dilema


Tahun 2005 adalah tahun menjanjikan bagi segenap rakyat Aceh, dimana pada tanggal 15 Agustus tahun itu, Perdamaian yang diberi nama MoU (Memorandum of Understading) menjadi penutup akhir konflik antara Aceh dan Indonesia, GAM rela meninggalkan senjatanya, dan RI rela menarik pasukan TNI dari bumi Aceh, tapi perdamaian ini seolah menjadi dilema baru bagi rakyat Aceh, ini bisa kita amati ketika rakyat di hadapkan pada pemimpin-pemimpin baru yang notabene nya adalah putra daerah dan maju melalui jalur independen, dilemanya terletak pada ketidakpercayaan Pusat terhadap kepemimpinan mereka, cara-cara licik sepertinya masih saja ditabur dari belakang layar.

Katakanlah hari ini Pemimpin Aceh mendapatkan berbagai dana untuk melakukan pembangunan besar, seperti pembangunan Rel Kereta Api Aceh Utara, Pelabuhan Bebas Krueng Geukueh, dan penyediaan pesawat NAA (North Aceh Air), Pemimpin yang baru saja mendapatkan kursi kekuasaan ini seolah mau di buat bingung dengan proyek-proyek itu, mengapa tidak, sampai saat ini tidak ada satu pun yang berhasil dibangun, rel kereta api tidak jalan, pelabuhan bebas tidak beroperasi, dan pesawat tak kunjung terbang, walau ada beberapa kali terbang, kemudian hilang, belum lagi itu, pemimpin Aceh Utara sudah mendapatkan serangan baru, tuduhan korupsi 220 Milyar.
Kita sebagai rakyat Aceh tentu merasa bingung dan bertanya, ada apa ini??? mengapa tak satupun pemimpin kita mau berpikir untuk memajukan Aceh? Ini sungguh tidak masuk akal, Pemerintah Indonesia sengaja menyerahkan berbagai proyek untuk pemimpin Aceh yang menang melalui jalur independen ini dan bisa kita katakan belum banyak tahu tentang mekanisme pemerintahan, hanya untuk memperburuk citra kepemimpinan dimata rakyatnya, Pemerintah Pusat dengan politik liciknya, berusaha menghilangkan kepercayaan rakyat Aceh kepada orang-orang yang dulunya dianggap sakral dan heroik. berbagai media siap menyediakan serangan kepada mereka (pemimpin Aceh) dan akhirnya, politik adu domba berhasil dilancarkan.

Sekarang terbukti, kita tidak percaya lagi dengan pemimpin yang berbasis GAM, sebaliknya... kita justru mulai memuji Indonesia karena jasa-jasa baru mereka berikan atas nama NKRI. mereka mulai menyanjung kita, mengundang gubernur Aceh untuk menghadiri acara-acara mereka, memuji gubernur Aceh dalam berbagai moment, padahal Pemerintah Pusat tahu, masyarakat Aceh sekarang sedang membenci sang gubernur, ini sungguh kejam, sangat berbahaya bagi segenap rakyat Aceh, satu persatu saudara kita kehilangan kepercayaan dari kita, satu-persatu dari mereka sudah rela kita injak, dan satu-persatu rakyat yang bersaudara, rela membunuh hanya karena jabatan.
Miris sekali, sedih rasanya melihat Aceh yang dari dulu tidak pernah reda dari konflik, sekarang kita justru berperang dengan saudara kita, tapi ingat... ini semua adalah "trik baru" yang bersumber dari Indonesia, demi kepentingan mereka. Sadarlah wahai segenap masyarakat Aceh, saya hanya bisa menulis dan memberikan motivasi, walau tak ada fakta/bukti yang bisa saya jadikan dasar tulisan ini, tapi ini adalah kata hati, untuk mengajak kita berhenti memusuhi saudara-saudara kita, Indonesia tak akan pernah senang melihat Aceh bahagia, sampai kapanpun.

Buatlah sebuah jalan untuk mendukung dan membela saudara sebangsa kita, jangan mencaci mereka, jangan mempermalukan mereka, karena mempermalukan mereka didepan umum adalah sama dengan mempermalukan diri kita sendiri dimata dunia. Dunia telah mencatat kegigihan kita dalam melawan kedzaliman dari sebuah penjajahan, anggap saja sekarang adalah cobaan buat kita, jangan berperang, jangan saling memusuhi, bisikkan pada telinga penguasa akan kesalahannya, teriaklah kebenaran dan keberhasilannya. 

Sekali lagi ingat... Kita hanya bisa menilai Pemimpin Aceh mana yang berkhianat dan mana yang tidak, nanti! Ketika Aceh sudah lepas dari cengkeraman negara Indonesia. [Ard]*
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 Comments:

Item Reviewed: Aceh dalam Dilema Rating: 5 Reviewed By: el asyi