Kematian uang kertas
Sejak zaman dahulu, emas digunakan sebagai lambang keagungan dan kejayaan sekaligus kemakmuran. Emas pernah dijadikan ornamen dan hiasan tahta pada bangunan. Yang terpenting, emas juga digunakan sebagai alat tukar jika ingin membeli barang, dan tidak hanya itu saja, emas juga termasuk salah satu logam mulia yang digunakan sebagai mata uang pada zaman rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Sampai saat ini, sistem ekonomi dunia tidak pernah terlepas dari naik turunnya harga emas. Ketika masa-masa uang kertas telah mengalami kemunduran, apakah emas akan berakibat terhadap menghilangnya uang kertas dari muka bumi ini?
Bagi beberapa orang, terutama para millenial, melihat uang kepingan yang terbuat dari emas mungkin hanya ada di film laga klasik atau film india yang sedang mengisahkan kehidupan di kerajaan-kerajaan masa lalu. Ya, keping-keping emas nyatanya memang pernah digunakan sebagai alat tukar Pada zaman modern sekarang ini, emas dan perak sudah sangat langka, ini sisebabkan oleh peredaran uang kertas yang semakin marak dan telah berakibat pada rusaknya sistem ekonomi dunia, karena bahan baku kertas tidak akan pernah habisnya.
Sejak pasca masa pencerahan di eropa, kebutuhan akan uang pun semakin meningkat sementara sebagian besar masyarakat menggunakan emas sebagai alat tukar. Kelangkaan emas telah membuat para bankir mengubah sistem moneter yang ada dengan membuka tempat penitipan emas, sementara si penitip emas akan mendapatkan selembar kertas yang di beri nama notes. Itulah uang kertas pertama yang digunakan di eropa dan menjadi cikal bakal uang kertas atau fiat money. Dengan catatan kecil itu orang-orang bisa membelanjakan apa pun tanpa harus membawa emas kemana-mana. Dengan kata lain, emas hanya telah menjadi milik para bankir.
Maka, tanpa keraguan, para bankir justru bisa mencetak notes sebanyak-banyaknya untuk memperkaya diri mereka tanpa harus menukarkannya dengan emas atau perak. Emas sebagai simbol perlawanan terhadap mata uang kertas Pada masa-masa kejayaan islam, emas telah menjadi alat tukar, tidak hanya di tanah arab, tetapi, sejak masa kerajaan islam Samudra Pasai pada abad ke 14, dirham emas telah menjadi alat tukar yang sama sekali tidak diragukan dunia.
Pada prinsipnya, sistem yang mendewakan uang kartal adalah sistem penipuan terhadap masyarakat banyak. Secara sederhana, sistem ini bisa digambarkan sebagai mencetak sebanyak-banyaknya uang kartal, yaitu uang simbol yang sesungguhnya tidak memiliki nilai sama sekali, uang itu pun di edarkan ke tengah-tengah masyarakat.
Di lain pihak dalam waktu bersamaan, pengelola atau pengusaha yang mencetak uang kartal itu menarik sebanyak-banyaknya batangan emas ke pihaknya dari masyarakat luas. Jadi, mereka menukar uang kartal yang sama sekali tidak ada harganya dengan batangan-batangan emas yang telah dijanjikan dalam kitab suci umat islam sebagai mata uang yang sesungguhnya. Jika anda beragama seperti islam atau nasrani, maka hanya emas dan perak saja yang disebut dalam kitab suci kedua agama tersebut.
Al-quran hanya menyebut dinar atau uang emas dalam surat kahfi dan dirham perak disebut dalam surat yusuf. Tetapi uang kertas, fulus, tidak akan pernah dijumpai di dalam al-quran. Demikian juga dalam injil, anda akan menjumpai banyak cerita tentang emas dan perak sebagai alat tukar.
Kita seharusnya dengan penuh kesungguhan mulai menggunakan kembali emas dan perak sebagai mata uang, bukan dollar, rupiah, dan sebagainya. Di Amerika serikat saja, sejumlah warga negaranya telah lama aktif mengkampanyekan kembali penggunaan emas dan perak sebagai mata uang sejati, dan disebut dengan istilah liberty dollar. Pelan tapi pasti, dunia akan kembali mempergunakan mata uang sejati ini.
Video Source: MAYORITAS
0 Comments:
Post a Comment